Karet merupakan salah satu bahan penting di dalam kehidupan manusia. Berbagai barang dan alat mulai dari rumahan hingga tingkat industri membutuhkan bahan ini sehingga banyak diperdagangkan. Harga karet mentah ekspor menjadi patokan kebutuhan karet dunia.
Semakin tinggi harga karet maka semakin dicari juga komoditas karet tersebut. Sesuai dengan hukum supply and demand. Nah, kira kira seberapa besarkah kebutuhan karet ini? Bagaimanakah perkembangan karet hingga sekarang?
Sobat exportir, yuk langsung saja kita simak tentang harga karet mentah ekspor ini dengan mengetahui perkembangan karet ini!
Karet
Sebagai salah satu bahan yang cukup penting, karet banyak digunakan untuk berbagai kebutuhan. Mulai dari konstruksi, kendaraan, hingga pakaian.
Melihat berbagai kegunaannya tersebut, ternyata penggunaan karet dalam kehidupan manusia pertama kali diidentifikasi sekitar tahun 1600 sebelum masehi.
Saat itu karet digunakan oleh orang orang Mesoamerican di Meksiko dan Amerika tengah untuk pengubatan, ritual, melukis, dan permainan.
Hingga saat karet ditemukan oleh orang barat, yakni Christopher Columbus di awal 1490an, pengolahan karet modern pun dikembangkan.
Di tahun 1734, Charles Marie de la Condamine pergi mengunjungi Amerika Selatan dan menemukan dua pohon yang mengandung dua lateks yang menjadi bahan dasar pembuatan karet alami.
Kedua pohon tersebut adalah Hevea brasiliensis dan Castilla elastica. Kemudian Charles Marie pun terus melakukan penelitian terhadap karet alami ini. Mulai dari pengenalan contoh karet awal di tahun 1736 sampai penelitiannya untuk menggunakan karet untuk berbagai kebutuhan.
Selanjutnya, pada tahun 1839 Charles Goodyear mengembangkan pengolahan karet menggunakan teknik vulkanisir yang membuat pengolahan karet menjadi mudah.
Proses vulkanisir ini memproses karet dengan panas dan mencampurkannya dengan sulfur untuk mengeraskannya namun tetap menjaga elastisitasnya.
Selama abad 19, Amerika Selatan terus menjadi sumber utama karet lateks. Saat itu, perdagangan karet sangat dikendalikan oleh kepentingan bisnis. Meski begitu, belum ada peraturan yang secara gamblang melarang perdagangan ekspor benih tanaman karet.
Lalu, pada tahun 1876, Henry Wickham menyelundupkan 70 ribu bibit pohon karet Amazon dari Brazil dan mengirimkannya ke Kew Gardens di Inggris.
Dari 70 ribu bibit pohon karet tersebut, hanya 2.400 bibit yang tumbuh berkecambah. Bibit tersebut kemudian dikirimkan ke India, British Ceylon (Sri Lanka), Hindia Belanda (Indonesia), Singapura, dan British Malaya yang sebagian besar kini menjadi penghasil karet terbesar.
Karet Sintetis
Selain karet alami yang menggunakan bahan lateks dari pohon karet seperti yang sudah disebutkan diatas, pembuatan karet pun semakin berkembang menyesuaikan kebutuhan zaman.
Berawal dari kebutuhan karet alami yang meningkat karena penggunaan ban semakin luas pada tahun 1890an, akhirnya penelitian pembuatan karet menggunakan bahan polimer mulai dilakukan.
Pada tahun 1909, tim yang dikepalai oleh Fritz Hoffmann berhasil mencampurkan isoprene yang menjadi karet sintetis pertama di dunia.
Lalu, karet sintetis yang berbahan dasar butadiene diciptakan pada 1910 oleh ilmuwan Rusia, Sergei Vasiljevich. Saat itu, karet sintetis tersebut menjadi bahan dasar industri karet komersial skala besar oleh kekaisaran Tsar.
Tetapi, pada akhir Perang Dunia I penggunaan karet sintetis awal tersebut digantikan lagi dengan karet alami. Meski begitu, penelitian untuk membuat karet sintetis tetap dilakukan.
Ketika persediaan karet alami mengalami krisis dan hampir habis saat Perang Dunia II, Pemerintah AS mendorong penelitian untuk memproduksi karet sintetis agar cepat terpenuhi.
Hasilnya, dalam waktu 3 tahun, setelah PDII berakhir, hampir 40 persen karet yang digunakan di dunia adalah karet sintetis. Di tahun 1983, penggunaan karet sintetis sudah dua kali lipatnya dari karet alami dan terus berkembang hingga sekarang.
Produksi Karet di Indonesia
Terlepas dari penggunaan karet sintetis, sebelumnya telah disinggung bahwa Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet alami terbesar.
Selama beberapa tahun, komoditas karet ini menjadi primadona ekspor Indonesia selain ekspor kopra. Sejak pembudidayaan awal pohon karet hingga sekarang, ternyata pohon karet tumbuh subur dan bisa memproduksi karet sepanjang tahun di Indonesia.
Karet alami dihasilkan dari berbagai perkebunan karet yang tersebar di seluruh Indonesia. Jika dilihat dari siapa pengelolanya, perkebunan karet dibedakan menjadi 3, yakni perkebunan milik negara, perkebunan milik swasta, dan perkebunan rakyat.
Dilihat secara luasnya, di tahun 2018 perkebunan karet milik negara memiliki luas areal sebanyak 189,58 ribu hektar. Perkebunan karet milik swasta sebesar 246,05 ribu hektar.
Sedangkan yang paling besar adalah perkebunan karet rakyat, yakni mencapai 3,113 juta hektar.
Untuk produksinya, di tahun 2018 seluruh perkebunan karet di Indonesia bisa memproduksi sekitar 3,5 juta ton karet alami.
Daerah Penghasil Karet di Indonesia
Dari banyaknya perkebunan karet di Indonesia yang tersebar hampir di sebagian provinsi di pulau Sumatera dan Kalimantan, provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Maluku, inilah 5 daerah penghasil karet alami terbesar di Indonesia:
- Sumatera Selatan dengan produksi sebanyak 991 ribu ton karet pada tahun 2018.
- Sumatera Utara dengan produksi sebanyak 414 ribu ton karet pada tahun 2018.
- Riau dengan produksi sebanyak 331 ribu ton karet pada tahun 2018.
- Jambi dengan produksi sebanyak 315 ribu ton karet pada tahun 2018.
- Kalimantan Barat dengan produksi sebanyak 257 ribu ton karet pada tahun 2018
Negara Tujuan Ekspor Karet
Sebagai salah satu penghasil karet terbesar, produksi karet Indonesia sebagian besar diekspor ke negara lain dan sisanya untuk dipasarkan dan digunakan di dalam negeri.
Untuk negara tujuannya, karet alami produksi Indonesia sudah tersebar ke lima benua yakni Asia, Afrika, Australia, Amerika, dan Eropa.
Sementara 5 negara terbesar yang melakukan impor karet alami dari indonesia adalah:
Amerika Serikat
Selama tahun 2018, AS mengimpor sebanyak 605,97 ribu ton karet alami Indonesia dengan nilai sebesar $ 848,54 juta USD.
Jepang
Kemudian Jepang mengimpor 483,72 ribu ton karet alami Indonesia yang nilainya mencapai $ 677,28 juta USD.
India
Sedangkan India mengimpor 302,85 ribu ton karet Indonesia dengan nilai sebesar $ 429,23 juta USD.
Tiongkok
Sedangkan Tiongkok mengimpor sebanyak 252,02 ribu ton karet yang nilainya sebesar $ 353,94 juta USD.
Korea Selatan
Lalu Korea Selatan yang melakukan impor karet Indonesia sebanyak 189,54 ribu ton dengan nilai $ 263,92 juta USD
Harga Karet Ekspor
Harga karet mentah ekspor sangat beragam dan fluktuatif. Baik karet alami maupun karet sintetis, keduanya memiliki harga yang bersaing dan bisa mempengaruhi satu sama lain.
Terkadang harga karet alami bisa lebih mahal dari karet sintetis, kadang sebaliknya.
Untuk satu tahun terakhir, berikut adalah harga karet alami dan karet sintetis:
[table id=24 /]
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa saat ini harga karet sintetis lebih mahal daripada karet alami.
Jasa Ekspor Karet
Sebagai penyedia layanan ekspor profesional yang handal, Mister Exportir juga bisa memfasilitasi kamu yang ingin melakukan ekspor karet, baik itu karet alami atau karet sintetis.
Ekspor karet kamu akan dibantu oleh tim yang sudah ahli di bidang ekspor dan bisa membantu ekspor karet kamu sampai di negara tujuan.
Demikianlah artikel kali ini tentang harga karet mentah ekspor yang semoga bisa menjadi acuan dalam bisnis ekspor karet kamu. Semoga bermanfaat!