Kisah sukses wirausahawan Indonesia memang sudah banyak beredar di berbagai media.
Ada wirausahawan yang sukses memulai bisnis dari nol dan jatuh bangun, dan ada pula yang berhasil mengembangkan usaha kecil hingga berkembang menjadi besar.
Menjadi seorang wirausahawan tentunya bukan hal yang mudah. Selain membutuhkan tekad yang kuat, seorang wirausahawan juga dituntut untuk berani menghadapi segala risiko dan tantangan.
Membangun sebuah usaha memerlukan perjuangan dan pengorbanan, tetapi semua itu bukanlah hal yang mustahil untuk dijalani.
Hal ini telah dibuktikan oleh beberapa wirausahawan Indonesia yang sukses membangun bisnis serta meraih kesuksesan dengan caranya masing-masing.
Dirangkum Mister Exportir, berikut ini kisah sukses wirausahawan Indonesia yang bisa menjadi motivasi inspiratif buat Sobat Exportir semua.
Kisah Sukses Wirausahawan Indonesia
- Teuku Bawadi, CEO Bawadi Coffee
Teuku Dharul Bawadi adalah pengusaha kopi asal Aceh yang sukses menjalankan bisnis di usia muda.
Tidak tanggung-tanggung, bisnis kopi yang diberi nama “Bawadi Coffee” miliknya kini sudah dikenal sampai ke kancah internasional. Berkat bisnis ini, Bawadi mampu meraup untung mencapai Rp600 juta per bulan.
Bawadi memulai usahanya dengan modal Rp30 juta dan bekerja sama dengan 50 petani kopi Arabica Gayo.
Meskipun sukses di usia muda, rupanya Bawadi merupakan lulusan SMA. Pernah mengecap bangku perkuliahan selama 3 tahun, tetapi ia memilih untuk fokus menjalani bisnis kopi yang kini membesarkan namanya.
Saat ini, Bawadi Coffee telah membantu sekitar 1.840 petani kopi dan 28 karyawan lepas, serta sebanyak 34 orang yang didominasi oleh mahasiswa. Produk kopi miliknya juga sudah menembus pasar beberapa negara Asia Tenggara dan Eropa.
Berkat kesuksesannya, Bawadi pernah beberapa kali diundang sebagai pembicara dan dipuji oleh Menteri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Sandiaga Uno.
- Arie Setya Yudha, Pendiri Molay Satrya
Kisah sukses wirausahawan berikutnya datang dari seorang pemuda bernama Arie Setya Yudha yang berhasil meraih kesuksesan dengan bisnis berawal dari hobi.
Pada tahun 2009, Arie mulai merintis usaha produksi seragam militer, tepat setahun setelah kelulusannya dari bangku kuliah.
Berangkat dari hobinya yaitu bermain air soft gun, Arie memutuskan untuk mencoba membuka usaha menjual kacamata lapangan kepada sesama penggemar air soft gun di sebuah forum internet. Tak disangka-sangka, rupanya Arie berhasil mendapat respons positif dan banyak orang membeli produk yang ia jual.
Akhirnya Arie memutuskan untuk terjun lebih mendalami produksi peralatan air soft gun tersebut, mulai dari melayani pembuatan pakaian lapangan, topi, dan tas.
Semakin lama, pesanan terus berdatangan kepada Arie hingga ia memutuskan untuk konsisten mengembangkan usaha produksi seragam militer. Arie memberi nama brand usahanya Molay Military Uniform Division di bawah PT Molay Satrya Indonesia.
Puncaknya, pada tahun 2012, perusahaan Arie mendapat pesanan dari Kepolisian RI untuk pembuatan seragam lapangan.
Selain di dalam negeri, produk Molay juga sangat diminati di luar negeri. Dengan mengutamakan kualitas bahan dan kontrol produksi, seragam militer yang diproduksi oleh perusahaan Arie mampu menembus pasar internasional di antaranya sudah diekspor ke Italia, Amerika, Swedia, Kanada, Austria serta Norwegia.
Kini, omzet yang diperoleh perusahaan Arie berkisar Rp185 juta per bulan dengan kapasitas produksi sekitar 200 seragam setiap bulannya.
- Hendy Setiono, Pemilik Kebab Turki Baba Rafi
Siapa yang tidak asing dengan brand kebab yang bernama ‘Kebab Turki Baba Rafi’? Brand makanan khas timur tengah yang satu ini sudah tersebar hampir di seluruh Indonesia.
Di balik kesuksesan franchise kebab ini, ada sesosok pemuda inspiratif bernama Hendy Setiono. Ia merintis usaha sejak masih berusia 20 tahun.
Berawal dari tahun 2003, Hendy mendirikan Kebab Turki Baba Rafi dengan modal 4 juta rupiah. Hendy memulai usahanya dengan menjual kebab menggunakan gerobak hasil meminjam dari teman.
Sejak awal, penjualan kebab itu belum terlalu lancar sebab saat itu kebab belum begitu terkenal di tanah air. Hendy pun kerap mengalami kerugian setiap harinya karena penjualan yang sedikit. Tidak sampai di situ, pengalaman pahit pun harus Hendy alami saat uang hasil penjualan kebab pernah dibawa lari oleh karyawannya.
Usaha kebab Hendy sempat ingin bangkrut karena behutang hampir Rp14 milyar dan harus menemui banyak rintangan. Meskipun demikian, ia tak putus asa.
Hendy kembali menekuni bisnis kebab tersebut dengan melakukan inovasi baru yang lebih menarik minat pembeli, seperti mengubah tampilan gerai dengan branding yang lebih menonjol.
Berkat ketekunannya, ia berhasil membuka cabang kedua hingga melakukan trobosan dengan menjalin mitra di bawah naungan franchise Kebab Baba Rafi.
Pada tahun ketiga, gerai Kebab Baba Rafi sudah ada 25 cabang. Kini, Kebab Baba Rafi telah merambah ke luar negeri seperti Tiongkok, Kamboja, Thailand, Filipina, dan negara-negara lainnya dengan total outlet mencapai 1200 buah.
- Gazan Azka Ghafara, CEO Zanana Chips
Keripik pisang sering kali dianggap sebagai makanan tradisional yang kurang menarik dijadikan bisnis karena terkesan kuno. Namun, siapa sangka bahwa ternyata keripik pisang juga bisa sukses dijadikan brand besar dengan inovasi modern.
Adalah Gazan Azka Ghafara, CEO dari brand Zanana Chips yang merupakan merek snack keripik pisang kekinian.
Gazan telah menekuni bisnis kripik pisang sejak tahun 2014. Ia sukses meraih omset Rp 1 miliar pertamanya di usia 19 tahun berkat berjualan keripik pisang.
Sebelum membentuk Zanana, Gazan sudah terjun sebagai wirausahawan sejak usia 16 tahun. Keunikan keripik pisang Zanana yang diproduksi oleh Gazan terletak pada inovasinya yang modern.
Zanana merupakan produk keripik pisang yang memiliki berbagai macam rasa, seperti coklat, susu, green tea, smoked beef, dan classy spicy. Berkat inovasi ini, Gazan pernah mendapat peringkat pertama di kompetisi wirausaha Diplomat Success Challenge (DSC) pada tahun 2016.
Sejak saat itu, Zanana chips yang didirikan oleh Gazan terus mendapat banyak peminat. Produk Zanana sendiri sudah pernah di distribusikan ke lebih dari 70 kota di Indonesia.
Selain di dalam negeri, Zanana juga menarik minat pasar internasional dan sudah tembus ekspor ke luar negeri, di antaranya Malaysia, Jepang, Amerika Serikat, Mesir, dan Brunei Darussalam.
Selain berinovasi pada rasa, Gazan juga menonjolkan sisi pengemasan agar tampilan Zanana semakin menggugah selera, terutama bagi kelompok anak muda milenial.
Dari bisnis Zanana Chips, Gazan mampu meraih omset sekitar Rp400 juta hingga Rp450 juta per bulan, bahkan sejak 2 tahun pertama usaha tersebut dibangun.
- Mohammad Baedowy, Pengusaha Limbah Plastik
Mohammad Baedowy adalah seorang pengusaha yang telah meraup omzet milyaran rupiah dari limbah plastik. Baedowy sukses di bidang pengolahan sampah plastik hingga dirinya menerima berbagai penghargaan, salah satunya yaitu piagam penghargaan Kalpataru pada tahun 2010.
Berada di bawah bendera CV Majestic Buana Group, Ia mengumpulkan sampah kemasan tak terpakai seperti bekas air minum atau botol oli, lalu mengubahnya menjadi berbentuk cacahan dan biji plastik untuk dijual kembali.
Siapa yang menyangka bahwa sampah-sampah itu rupanya bisa mendatangkan omzet hingga Rp150 juta dalam sebulan. Hal ini bisa terjadi karena plastik yang diolah oleh Baedowy merupakan bahan baku untuk barang lain seperti benang polyster atau sapu.
Sebelum terjun menjadi wirausaha, Baedowy pernah sukses sebagai auditor di salah satu bank. Berkat tekadnya yang besar, ia yakin untuk membanting stir dengan membuka pabrik sendiri.
Namun kenyataan tidak selalu indah, Baedowy pernah hampir bangkrut gara-gara mesin pencacah sampah di pabriknya rusak. Mengalami kerugian, ia bahkan harus berpisah tempat tinggal untuk sementara dengan istri dan anaknya serta diminta menjual pabrik oleh mertuanya.
Semangat pantang menyerah tak menghalanginya untuk meneruskan pabrik sampah tersebut hingga menjadi besar seperti saat ini.
- Rizka dan Anggara, Pendiri Lapis Talas Sangkuriang
Bagi warga Bogor dan sekitarnya tentu sudah tidak asing dengan oleh-oleh khas kue lapis talas merek Sangkuriang.
Lapis Bogor Sangkuriang dikenal karena cita rasanya yang manis dan menjadi salah satu merek khas kebanggaan warga Bogor. Pendiri merek ini adalah Rizka Wahyu dan suaminya Anggara Kasih.
Dimulai dengan modal Rp500.000 saja, Rizka dan Anggara sukses menjadikan bisnis kue lapis talas yang kini beromzet milyaran tersebut. Tak hanya itu, kesuksesan ini terlihat dari banyaknya cabang Sangkuriang yang tersebar di berbagai wilayah.
Kesuksesan Rizka dan Anggara rupanya tidak didapatkan dengan mudah. Pernah gagal menjalani bisnis bakso, pasangan tersebut harus menelan pahitnya pil kebangkrutan.
Tidak tanggung-tanggung, Rizka dan Anggara harus kehilangan motor operasional, kehilangan mobil, bahkan mereka harus menunggak pembayaran rumah.
Namun, semua itu tidak menjadikan Rizka dan Anggara menyerah. Dengan modal yang tersisa, keduanya kembali menjajal bisnis baru.
Kegigihan tersebut kini terbukti dengan suksesnya Sangkuriang sebagai merek kudapan khas Bogor yang terkenal di seluruh Indonesia.