Indonesia bisa dikatakan sudah dapat memproduksi jagung yang cukup besar jumlahnya. Bahkan selama 5 tahun ini, mulai dari tahun 2014, produksi jagung terus meningkat. Namun dengan kelimpahan tersebut, Indonesia masih melakukan impor jagung.
Yup, selama ini Indonesia masih melakukan impor jagung, Hal tersebut dilakukan tidak sembarangan. Karena seperti yang diketahui, produksi jagung Indonesia sendiri sebenarnya sudah sangat banyak, bahkan bisa dikatakan defisit. Berbeda dengan impor garam untuk industri di mana Indonesia masih kekurangan.
Nah, melihat hal tersebut tentunya akan menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai impor jagung yang dilakukan Indonesia. Untuk itu, dalam artikel kali ini kita akan membahas mengenai mengapa Indonesia masih mengimpor jagung.
Data Impor Jagung
Sebelum kita membahas mengenai alasan alasan apa yang menyebabkan Indonesia masih mengimpor jagung, pertama mari kita bahas terlebih dahulu mengenai rekam jejak produksi dan impor jagung Indonesia melalui data dari Kementerian Pertanian.
Jika menilik data dari Kementerian Pertanian, produksi jagung Indonesia dari tahun 2014 sampai tahun 2019 terus menunjukkan peningkatan.
Dimulai dari tahun 2014, Indonesia telah memproduksi jagung sebanyak 19 juta ton jagung. Kemudian, selama 5 tahun, secara rata-rata produksi jagung terus meningkat sekitar 14% -15%.
Sampai pada tahun 2019, Indonesia telah berhasil memproduksi sebanyak 33 juta ton jagung untuk masyarakat Indonesia.
Tetapi, ditengah keberlimpahan jagung yang telah diproduksi oleh para petani Indonesia selama lima tahun tersebut, mulai dari tahun 2014 sampai 2019, masih ada jagung yang berasal dari luar negeri yang masuk ke Indonesia, atau impor.
Di tahun 2014, Indonesia telah mengimpor jagung sebanyak 3,3 juta ton. Kemudian di tahun berikutnya, 2015, angka impor jagung masih di angka 3,3 juta ton.
Setelahnya, pada tahun 2016 angka impor jagung mulai mengalami penurunan, yakni hanya sebanyak 1,1 juta ton.
Angka impor jagung terus menurun sampai tahun 2017, yang mana pada tahun tersebut Indonesia hanya mengimpor sebanyak 517 ribu ton jagung dari luar negeri.
Kemudian pada tahun 2018, jumlah impor jagung kembali meningkat. Impor jagung pada tahun 2018 mencapai 737 ribu ton.
Selama 4 tahun, yakni dari tahun 2014 sampai tahun 2018, Indonesia berhasil menurunkan angka impor jagung dari 3,3 juta ton menjadi 737 ribu ton, meski sempat meningkat lagi pada tahun 2018.
Dari data tersebut pun dapat disimpulkan bahwa, produksi jagung Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019.
Lalu, angka impor jagung mengalami penurunan, dan berhasil ditekan dari angka 3,3 juta ton menjadi hanya 737 ribu ton, yang mana penurunan angka tersebut dapat dibilang cukup signifikan.
Meskipun demikian, Indonesia masih melakukan impor jagung di tengah tengah keberlimpahan jagung yang diproduksi di dalam negeri.
Dari Mana Jagung Impor yang Didatangkan Indonesia?
Kemudian, sementara produksi jagung dalam negeri yang menunjukkan angka defisit, dari mana saja jagung impor yang didatangkan Indonesia?
Sebelumnya, pada data Kementerian Pertanian disebutkan di tahun 2018 Indonesia mengimpor jagung sebanyak 737 ribu ton.
Kemudian data impor jagung BPS mencatat di tahun tersebut mulai dari Januari sampai Oktober, Indonesia telah mengimpor sebanyak 503 ribu ton dari berbagai negara yang nilainya mencapai US$ 109,9 juta.
Nah, negara mana sajakah yang mendatangkan jagung ke Indonesia pada periode tersebut? Berikut daftarnya
Argentina
Berdasarkan data impor jagung yang berasal dari BPS ini menunjukkan impor jagung Indonesia yang paling tinggi berasal dari negara Argentina.
Dari keseluruhan total impor di periode tersebut, Argentina telah memasok jagung ke Indonesia sebanyak 238 ribu ton dengan nilainya yang mencapai US$ 51,56 juta.
Amerika Serikat
Setelah Argentina, kemudian pasokan jagung impor Indonesia berasal dari Amerika Serikat yang besarnya mencapai 182,81 ribu ton dengan nilai US$ 40,06 juta pada periode tersebut.
Brazil
Kemudian negara Brazil yang menjadi pemasok jagung impor Indonesia yang pada periode tersebut telah mendatangkan 80,57 ribu ton jagung dengan nilai US$ 16,65 juta.
Australia
Negara lain yang cukup besar mengimpor jagung ke Indonesia pada periode tersebut adalah Australia dengan total impor sebanyak 1.160 ton dengan nilai US$ 690 ribu.
Kenapa Indonesia Masih Impor Jagung?
Dari data yang disebutkan sebelumnya, kita mendapatkan kesimpulan bahwa Indonesia mengalami defisit jagung. Tapi, mengapa Indonesia masih mengimpor jagung? Ini dia beberapa alasannya:
Impor Untuk Pakan Ternak
Selama ini, impor jagung yang dilakukan oleh Indonesia adalah impor jagung yang dipergunakan untuk industri pakan dan pakan ternak. Untuk mengimpornya pun harus melalui Perum Bulog dengan persetujuan pemerintah.
Untuk Melindungi Peternak Kecil
Alasan selanjutnya adalah untuk melindungi peternak kecil. Impor jagung yang dipergunakan untuk pakan ternak ini akan diberikan untuk peternak kecil.
Karena, jagung yang diproduksi di dalam negeri kebanyakan sudah dikuasai oleh industri dan peternakan besar.
Menjaga Harga Pasar
Karena terjadi kelangkaan jagung untuk kebutuhan pakan ternak, bisa dipastikan harga jagung tersebut bisa melambung. Nah untuk menjaga harga agar tetap stabil, maka impor jagung harus dilakukan.
Sebab, yang banyak merasakan harga murah karena adanya jagung impor ini adalah peternak kecil. Jika harga jagung mahal, peternak tersebut akan kesulitan untuk mendapatkan jagung untuk ternak.
Atau jika dipaksakan untuk membeli jagung dengan harga mahal, maka akan berpengaruh terhadap harga hasil ternak mereka seperti telur atau daging ayam yang menjadi mahal.
Harga Jagung Lokal yang Tinggi
Selain karena kelangkaan, harga tinggi jagung lokal juga disebabkan oleh rantai pasok yang panjang. Mulai dari petani, pengepul, distributor, pengecer, sampai ke konsumen, rantai pasok tersebut bisa membuat harga jagung menjadi mahal
Jagung Domestik Masih Memiliki Kekurangan
Salah satu alasan lain mengapa Indonesia masih impor jagung adalah berkaitan dengan kualitas produk jagung.
Jagung lokal yang dipergunakan untuk pakan ternak memiliki kualitas yang belum sesuai, di mana kadar airnya lebih dari 15 persen.
Dari berbagai alasan tersebut dapat disimpulkan bahwa impor jagung yang dilakukan Indonesia adalah untuk melindungi peternak kecil dan berpengaruh terhadap produksi lainnya, yakni telur dan daging ayam.
Jika pemerintah tidak mengimpor jagung, kemungkinan besar akan terjadi kenaikan harga jagung yang nantinya akan menyulitkan peternak kecil untuk terus memproduksi telur dan daging ayam.
Ataupun jika mereka dipaksakan untuk membeli jagung lokal dengan harga yang tinggi, akan terjadi kelangkaan atau berpengaruh dengan harga telur dan daging ayam yang juga ikut melambung.
Jika sudah seperti itu, para petani kecil ini tidak dapat bersaing dengan perusahaan besar yang baik baik saja terhadap ketersediaan jagung di Indonesia.
Itulah informasi pada artikel ini yang membahas mengenai impor jagung yang dilakukan Indonesia. Semoga informasi ini bermanfaat dan menambah wawasan kita semua. Terima kasih